MAN. PERSON & KESISWAAN
” Manajemen
Kesiswaan”
Mah. Elfan Falah
Pendahuluan
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional juga harus
menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan
semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah
bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa
depan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka di suatu sekolah perlu
dilakukan kegiatan mengatur urusan kesiswaan. Kita ketahui bersama bahwa
keberhasilan lembaga pendidikan akan sangat tergantung kepada manajemen komponen-komponen
pendukung pelaksanaan kegiatan seperti, kurikulum, kesiswaan,pembiayaan, tenaga
pelaksana, Humas dan sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan
satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan, maksudnya satu
komponen akan memberikan dukungan bagi komponen-komponen lainnya sehingga dapat
memberikan kontribusi yang positip terhadap pencapaian tujuan lembaga
pendidikan tersebut.
Urusan kesiswaan sangat dibutuhkan di sebuah lembaga pendidikan,
karena merupakan subyek sekaligus sebagai obyek dalam proses transfer ilmu
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Oleh karena itu
keberadaan urusan kesiswaan tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan suatu
lembaga, melainkan harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar bermutu, maksudnya
dapat dikeleola dengan maksimal sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi dirinya, kecerdasannya serta sosial emosionalnya. Hal ini
sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, dalam
tujuan pendidikan mengamanatkan agar pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal diatas dapat dipahami karena salah satu misi pendidikan adalah
bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa dan budi
pekerti yang luhur dalam tata kehidupan di sekolah. Dengan demikian kebutuhan
siswa dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemrioritasan.
Sebagai contoh bahwa seorang siswa ingin sukses dan berprestasi dalam hal nilai
akademik, disisi lain ia juga ingin bersosialisasi dengan teman-temannya,
bahkan ada juga yang ingin sukses dalam bidang non akademik, seperti olahraga,
kesenian maupun yang lainnya.
Dengan demikian maka urusan kesiswaanlah yang harus melayani dan dapat mengkoordinir segala kegiatan siswa di suatu sekolah baik itu berupa kegiatan di sekolah maupun kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, bahkan baoleh dikatakan mulai dari siswa mendaftarkan diri sampai siswa tersebut menyelesaikan belajarnya.
Dengan demikian maka urusan kesiswaanlah yang harus melayani dan dapat mengkoordinir segala kegiatan siswa di suatu sekolah baik itu berupa kegiatan di sekolah maupun kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, bahkan baoleh dikatakan mulai dari siswa mendaftarkan diri sampai siswa tersebut menyelesaikan belajarnya.
Pengertian
Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari dua kata yakni
manajemen dan kesiswaan. Pengertian manajemen menurut Terry dalam TIM Dosen
Administrasi Pendidikan UPI ( 2009:204 ) adalah sebagai pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Sedangkan menurut Arifin
Abdurahman dalam Ngalim Purwanto bahwa manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk
untuk mencapai sasaran-sasaran dantujuan pokok yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang-orang pelaksana. Sedangkan menurut Mulyono, Manajemen
Adminstrasi ( 2008: 18 ) bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluaasi
yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Berikutnya menurut
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru & Tenaga Kependidikan ( 2008:51
) bahwa manajemen adalah suatu aktivitas atau seni mengatur dan mengetahui
secara tepat apa yang ingin dikerjakan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dari pengertian diatas bahwa manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik yang memerlukan suatu
perencanaan, pemikiran, pengarahan dan pengaturan serta mengikutsertakan semua
potensi yang ada secara efektif dan efisien.
Kesiswaan di suatu lembaga pendidikan mempunyai sebutan yang
berbeda-beda, ada yang istilah murid, pelajar dan siswa. Siswa adalah orang
yagn emmpunyai suatu pilihan untuk menmpuh ilmu pengetahuan sesuai dengan
cita-cita dan harapan masa depan. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan adanya kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan adalah merupakan suatu uapaya untuk memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik semenjak dari proses penerimaan siswa baru sampai dengan meninggalkan lembaga pendidikan sekolah tersebut.
Dengan adanya kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan adalah merupakan suatu uapaya untuk memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik semenjak dari proses penerimaan siswa baru sampai dengan meninggalkan lembaga pendidikan sekolah tersebut.
Tujuan Manajemen Kesiswaan
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan
suatu masyarakat dalam skal kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat
madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan di sekolah. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah perlu penataan urusan kesiswaan di sekolah secara baik,
tertib dan teratur, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang akan mencari data
serta informasi mengenai kesiswaan tersebut.
Adapun salah satu tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur segala
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses
pembelajaran di lembaga pendidikan dapat berjalan dengan lancar, tertib dan
teratur sehingga dapat memberikan sautu kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujaun pendidikan pada umumnya.
Selain itu manajemen kesiswaan mempunyai fungsi sebagai wahana bagi
siswa untuk dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, baik yang berkenaan
dengan bidang sosial, aspirasi dan segi potensi lainnya. Untuk mencapai tujuan
dan fungsi manajemen kesiswaan itu tercapai maka yang perlu diperhatikan adanya
beberapa prinsi manajemen kesiswaan. Menurut Sukarti Nasihin dalam Manajemen
Pendidikan TIM UPI bahwa prinsip-prinsip manajemen kesiswaan adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat
program dilaksanakan
2. Sebagai bagian keseluruhan manajemen sekolah
3. Mengemban misi pendidikan dalam rangka mendidik peserta didik.
4. Diupayakan untuk mempersatukan peserta didik
5. Sebagai upaya untuk pengaturan peserta didik
6. Mendorong dan memacu kemandirian peserta didik.
Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
Lingkungan kedua yang penting bagi siswa adalah
lingkungan sekolah, karena sekolah sebagai lembaga pendidikan dan tempat untuk
untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupannya. Dengan demikian baik dirumah mapun sekolah peserta didik perlu
mendapat bantuan belajar melalui suatu proses bimbingan untuk mengembangkan
dirinya. Upaya tersebut akan optimal apabila siswa atau peserta didik itu
secara sendiri mengembangkan dirinya sesuai dengan program-program yagn ada di
sekolah. Dengan demikian manajemen kesiswaan bukan hanya sekedar bentuk
pencatatan saja, melainkan meliputi segala aspek yang lebih luas secara
operasional dapat digunakan untuk membantu proses pendidikan di sekolah. Adapun
ruang lingkup manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut :
1.
Analisis
kebutuhan peserta didik, menetapkan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan baik dalam merencanakan jumlah siswa yang akan diterima maupun menyusun
program kegaitan kesiswaan.
2.
Penerimaan
Siswa Baru, merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang
mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan tersebut. Dalam hal ini
biasanya dibentuk sebuah panitia penerimaan siswa baru untuk melakukan tugas
tersebut.
3.
Seleksi,
adalah suatu kegaitan pemilihan calon siswa untuk menentukan apakah diterima
atau tidak untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan tersebut. Dalam
hal ini seleksi, kadangkala dilakaukan bervariasi, karena ada yang melalui tes
ataupu berdasarkan nilai UASBN.
4.
Masa Orientasi,
adalah suatu kegiatan pengenalan kepada siswa baru terhadapa lingkungan
sekolahnya. Masa orientasi ini sangat penting karena sebagai jembatan
penghubung dan pengantar siswa dari tingkat SD mau masuk ke SMP memerlukan
pemahaman yang mendalam terutama yang perlu ditanamkan adalah sikap mental para
siswa.
5.
Pembagian Kelas, adalah pengelompokan siswa dalam kelompok belajarnya dan
dibagai dengan menggunakan sistem kelas.
6.
Pembinaan dan Pengembangan peserta didik, dilakukan untuk mendapatkan
bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan
datang yang biasanya disebut dengan kegiatan kurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler.
7.
Pencatatan dan Pelaporan, kegiatan yang dimulai sejak siswa itu di terima
hinga ia tamat dan bahkan bila perlu adanya pelacakan terhadap siswa yang
melanjutkan kes jenjang sekolah yang lebih tinggi.
8.
Kelulusan dan Alumni, adalah kegiatan pencatatan terhadap siswa yang lulus
dan melanjutkan ke lembaga pendidikan lainnya diharapakan hubungan antara siswa
dan sekolah tetap terjalin, bahkan ada yang membentuk Ikatan Alumni.
Dari uraian
diatas bahwa yang menjadi tugas urusan kesiswaan adalah secara rincinya sebagai
berikut :
(1) Pedoman Pengelolaan OSIS (2) Struktur OSIS (3) Kumpulan SK OSIS (4)
Buku catatan siswa berprestasi (5) Buku catatan siswa penerima bea siswa (6)
Buku Induk siswa (7) Buku Klapper (8) Mutasi siswa (9) Surat persetujuan Mutasi
Masuk (10) Dokumen Penyerahan STTB (11) TataTertib siswa (12) Buku Kelas (13)
Daftar Hadir siswa (14) Daftar 8355 kelas I,II dan III ditanda tangani Kasek
dan Pengawas (15) Kumpulan Foto copy STTB
Pelayanan
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan- kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena itu mempunyai kesamaan-kesamaan unsur kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya; dan tidak anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan- kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi samanya hak-hak yang mereka punyai. Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas kesamaan dibandingkan layanan atas perbedaan. Sungguhpun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Sungguhpun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan, bahwa di dunia ini tak ada dua anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun, misalnya saja si kembar, pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Ada dua tuntutan, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak itulah, yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. Manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun padaperbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai akibat dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada peserta didik yang cepat perkembangannya.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan- kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena itu mempunyai kesamaan-kesamaan unsur kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya; dan tidak anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan- kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi samanya hak-hak yang mereka punyai. Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas kesamaan dibandingkan layanan atas perbedaan. Sungguhpun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Sungguhpun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan, bahwa di dunia ini tak ada dua anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun, misalnya saja si kembar, pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Ada dua tuntutan, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak itulah, yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. Manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun padaperbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai akibat dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada peserta didik yang cepat perkembangannya.
1.
Layanan
Bimbingan Konseling
Pengertian Bimbingan menurut PP No. 29 Tahun 1990 adalah bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan diberikan oleh guru
pembimbing.
2.
Layanan
Perpustakaan
3.
Perpustakaan
merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik dan guru
dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah.
4.
Layanan Kesehatan Biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan
Sekolah untuk meningkatkan atau membina kesehatan murid dan lingkungan
hidupnya.. Pendidikan kesehatan dimulai dengan cara
memberikan informasi bahwa kebiasaan hidup sehat merupakan modal utama dalam
kehidupan.
5.
Layanan
Kantin
6.
Kantin
sekolah sangat diperlukan agar peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup
mengandung gizi. Pengelola kantin sebaiknya dipegang oleh orang dalam atau
keluarga karyawan sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan segala makanan yang
dijual terjamin dan bermanfaat bagi peserta didik.
Demikian
pelayanan sekolah yang secara umum, namun biasanya masih ada juga yang
memberikan pelayanan berupa transportasi sekolah dan bahkan ada pelayanan asrama
peserta didik. Maka manajemen kesiswaan tidak terlepas dari administrasi
pendidikan yang merupakan suatu rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses
pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang di sebuah lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara sistematis.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyono,
Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Malang : Ar-ruz Media. 2008
Puerwanto, Ngalim. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Rosda. 1987
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Medan : Alfabera. 2008
Puerwanto, Ngalim. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Rosda. 1987
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Medan : Alfabera. 2008
TIM Dosen
Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan.Bandung. Alfabeta.2009,
Wahyudi,
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Pontianak. Alfabeta.
2009
http://dian-manajemenpendidikan.blogspot.com/2009/05/manajemen-kesiswaan-peserta-didik.html.
akses tanggal 20 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar