MEDIA PEMBELAJARAN
Moh. Elfan Falah
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Definisi media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al.,
2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).[1]
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.[2]
Media berasal dari bahasa latin merupakan
bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau
“Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.[3]
Berikut definisi media pembelajaran menurut
para ahli dianataranya:
1.
Gagne (dalam
Shofyan, 2010) Media pembelajaran yaitu berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir.
2.
Schramm (dalam
sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
3.
Briggs (dalam
sudrajat, 2008) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya.
AECT (Assosiation of Education and Communication
Technology, 1977) (dalam azhie, 2007), memberikan batasan media sebagai segala
bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005: 8)
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna
dan berdayaguna.
Berdasarkan definisi diatas, maka yang dimaksud
media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa berupa
sarana fisik/sarana komunikasi dalam bentuk Audio, Visual, maupun Audio Visual
yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan
pesan/informasi mengenai materi pelajaran dari guru kepada para peserta didik
agar peserta didik terpacu untuk mencurahkan pikiran, perasaan, perhatian dan
minatnya dalam proses pembelajaran sehingga proses interaksi antara guru dan
peserta didik dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna serta
merangsang pikiran, perasaan, perhatian.
B. TUJUAN MEDIA PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran (instructional
objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki,
atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu.[4]
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu
pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. mempermudah proses pembelajaran di kelas
b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga relevansi antara materi pelajaran
dengan tujuan belajar
d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses
pembelajaran
e. Membantu/memudahkan Guru dalam menyampaikan
pesan/informasi dari materi pelajaran yang disampaikan agar lebih mudah
dipahami oleh peserta didik
f. Membantu/memudahkan peserta didik dalam
memahami maksud dari isi materi pelajaran yang disajikan/disampaikan oleh Guru.[5]
Jadi
intinya, tujuan media pembelajaran adalah mempermudah,meningkatkan efisiensi,
membantu konsentrasi pembelajar dalam pembelajaran, serta membantu mempermudah
guru dalam menyampaikan pesan dan peserta didik dalam menerima pesan.
C. FUNGSI DAN KEGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Fungsi dan Kegunaan
Media Pembelajaran
Media Pembelajaran berfungsi untuk merangsang
pembelajaran dengan:
1.menghadirkan
obyek sebenarnya dan obyek yang langkah
2.membuat
duplikasi dari obyek yang sebenarnya
3.membuat
konsep abstrak ke konsep konkret
4.memberi
kesamaan persepsi
5.mengatasi
hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak
6.menyajikan
ulang informasi secara konsisten
7.memberi
suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
Selain fungsi diatas. Livie dan Lentz(1982)
mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran yaitu:
1.
fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengrahkan
perhatian pembelajar akan berkosentrasi pada isis pelajaran
2.
fungsi afekti maksudnya media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran
pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar.
3.
fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar pencapaian
tujuan dalam memahami dan mendengar informasi
4.fungsi
kompensatoris yaitu media visual memberikan konteks untuk memahami teks dan
membantu pembelajr yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali.[6]
Dari
berbagai macam fungsi dapat di ambil intisarinya bahwa fungsi dan kegunaan
media pembelajaran menghadirkan dan membuat duplikasi dari obyek yang
sebenarnya, yang langkah, dari yang abstrak ke konkret serta member dan
mengatasi dari persepsi yang berbeda ke yang sama, dari hambatan, waktu dan
jarak serta menyjikan ulang informasi secara kontinew agar suasana belajar bisa
nyaman, santai, menarik dan tidak tertekan.
D.
SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA
Pada
awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian
bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan
Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar
yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium
Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657.
Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dashjhgar bahwa tak ada sesuatu
dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan.
Dari
sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat
meberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa
melalui semua indera, terutama indera pandang – dengar. Kalau kita amati lebih
cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat
untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar
yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis
atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya
ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat
visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio
visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi
lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi
11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling
abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman”
(Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat
dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut
dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman
belajar tertentu pada siswa. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai
mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi,
alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan
kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio visual
bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi
sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang
merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus.
Baru
pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama
dalam pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme BF. Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah
mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai
hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai
hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan
Programmed Instruction (pembelajaran terprogram).
Pada
tahun 1965-70, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya
dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong
digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses pembelajaran. Media,
yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi
wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dalam
proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu
guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar.[7]
E.
LATAR BELAKANG MEDIA PEMBELAJARAN
Penggunaan perangkat
keras di dalam kelas telah tersebar luas dan hal ini menunjukan siswa
diperlakuan seolah-olah adalah mesin dibanding manusia, ini karena dehumanisasi
dalam pengajaran atau proses pembelajaran. Bagaimanapun, penggunaan perangkat
keras dengan baik, teknologi pembelajaran modern dapat dindivualisasikan dan
dengan begitu proses ini sampai batas tertentu tidak dapat dicapai karena mempertimbangkan
kemanusiaan. Jika guru merasa pebelajar sebagai mesin, mereka akan
memperlakukan media dan teknologi memiliki pengaruh terhadap pendidikan.
Contohnya, komputer dan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai
saat ini. Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi
media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat
esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru)
berhak menguji media dan teknologi, dalam konteks belajar dan itu berdampak
pada hasil belajar siswa. LEARNING Belajar pembelajaran sampai saat ini.
Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi
media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat
esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru)
berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada
hasil belajar siswa. LEARNING Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan,
atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi indi.
Dalam sejarah,
media dan teknologi memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Contohnya, komputer
dan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai saat ini.
Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi
media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas.Perubahan ini sangat
esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru)
berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada
hasil belajar siswa.LEARNING Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi individu,
menyangkut fasilitas-fasilitas fisik, psikologis, metode pembelajaran, media,
dan teknologi. Belajar adalah proses yang dilakukan sepanjang waktu oleh
individu manapun.Dengan demikian, belajar adalah proses yang melibatkan proses
seleksi, pengaturan, dan penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana
cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut.[8]
F. DASAR ATAU LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Ada
beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain
landasasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris
Landasan
filosofis
Ada
suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi
baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa
dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanusiaanya
diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat belajar sesuai
dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti
dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang
penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika
guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki keprbadian, harga
diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang
lain,maka baik menggunaka media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Landasan
psikologis
Dengan
memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas
dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang
berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal
agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud
tersebut perlu:
Diadakan
pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan objek yang diamatinya. Bahan pembelajaran yang kana
diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajarai hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan
continuum konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran,
ada beberapa pendapat. Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya
menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film ( iconic
representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol ,
yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Hal ini
juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua,
bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam
proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang
paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan
dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kmeudian menuju
siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat
terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai
pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini
ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of
experiment).
Landasan
teknologis
Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan,
pengelolaan, [enalaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran
merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisis maslaha, mencari cara pemecahan,
melaksankan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam
situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam
teknologi pembelajaran, pemecahan masalahan dilakukan dalam bentuk: kesatuan
komponen-komponen system pembalajaran yang telah disusun dalm fungsi desain
atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
system pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik dan latar.
Landasan
empiris
Temuan-temuan
penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar
dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya
belajarnya. Siswa yang memilih tipe belajar visual akan lebih memperoleh
keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,
video, atua film. Sementara siswa yang memilih tipe belajar auditif, akan lebih
suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah
guru. Akan kebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut
jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris
tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar
kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik
pebelajar, karakteristik media pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.[9]
G.
URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN
Urgensi media pembelajaran
dalam era globalisasi dan peranan media sangat penting dalam proses
pembelajaran. Begitu pentingnya media dalam pendidikan, maka sudah tentu
didalam pendidikan kita perlu dilengkapi dengan media dan tidak diterangkan
saja secara verbal. Contoh lain yang biasa diambil adalah pemberian materi
tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami jika
disajikan dalam bentuk demonstrasi, melalui video/film, selain itu pelajaran
membaca al-quran akan lebih mantap dengan dibantu tape recorder yang merekam
suara seseorang yang fasih dalam membaca al-Quran. Begitu juga dengan
pelajaran-pelajaran yang lainnya.[10]
[1] I Wayan Santiasa, dalam makalahnya Landasan Konseptual
Media Pembelajaran, tahun 2007. Hal 3
[4] Read more: Pengertian Pembelajaran >> Tujuan Pembelajaran |
belajarpsikologi.com jam. 16 20.
Wib
[7] http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengertian-fungsi-dan-peranan-media-pembelajaran/ jam 16.23 Wib
[8] Latar Belkang Media Pembelajaran, di ambil dari buku Pdf, hal, 2
[10] Buku pdf urgensi media dalam pembelajaran pendidikan agama
islam, Muhammad Siddik, hal 7. (http://sumud.kemenag.go.id/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar