Posisi Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Moh. Elfan Falah
Pengertian Al-Qur’an
Al-Quran yang berasal dari kata kerja qara’a – yaqrau (membaca)
berarti “bacaan”. Secara terminologis, ia berarti wahyu Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pedoman hidup manusia. Beberapa
fungsi al-Quran adalah sebagai al-Hudaa (Petunjuk untuk kehidupan – QS 2:185,
10:57), al-Bayaan / at-Tibyaan / Tafshiil (Penjelas sesuatu hal – QS 2:185,
10:37), al-Furqaan (Pembeda atau pemisah antara haq dan bathil – QS 2:185),
asy-Syifaa (Penawar/obat penyakit rohani dan jasmani – QS 10:57, 17:82),
adz-Dzikr (Pengingat terhadap sesuatu, misalnya akhirat, – QS 15:9), ar-Rahmah
(Pendorong untuk kasih sayang – QS 10:57, 17:82), al-Mau’izhah (Pelajaran yang
baik – QS 10:57), Tashdiiq (Pembenar kitabullaah sebelumnya – QS 10:37).
Tidaklah mungkin al-Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi
(al-Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan
hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya,
(diturunkan) dari Tuhan semesta alam (QS Yunus 10:37).
Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian (QS al-Isra’ 17:82).
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS al-Maidah 5:48).
Kitab suci
al-Quran mempunyai banyak keistimewaa, antara lain :
1.
Berasal
dari Allah swt, bukan buatan Muhammad saw, (QS 2:23-24, 10:37-38, 11:13-14,
17:88-89)
2.
Berlaku
untuk seluruh ummat manusia, bukan hanya untuk orang Islam (QS 2:185,
25:1,34:28) Bersifat syumuliah, yaitu lengkap menyangkut semua aspek kehidupan
(QS 6:38)
3.
Mudah
dipelajari, dibaca, dan dihapalkan (QS 54:17)
4.
Dijamin
asli oleh Allah swt, tidak dapat dipalsukan oleh manusia (QS 15:9, 2:23-24,
10:37-38)
Akhirnya,
kewajiban manusia terhadap al-Quran adalah mengimaninya, membacanya,
mempelajarinya (memahaminya), mengamalkannya, dan menda’wahkannya.
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah penjelasannya (QS al-Qiyaamah 75:16-19).
tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai
kecuali Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al
Quran ini mengingkari (nya) (QS al-Isra’ 17:89).
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada
Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir (QS al-Hasyr 59:21).[1]
PEMBAHASAN
1.
a. Ayat dan terjemah
#x»yd çȵ¯»|Át/ Ĩ$¨Y=Ï9 Yèdur ×pyJômuur 5Qöqs)Ïj9 cqãYÏ%qã
Artinya ; “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang meyakini” (Al-Jasiyyah: 20)
b. Makna kosa kata
بصائرللنس- Basa’irul Linnas : Pedoman-pedoman agama yang serupa dengan matahari (basa’ir).
c. Makna global
Ayat di atas adalah dalil-dalil bagi manusia tentang
urusan agam yang mereka butuhkan, dan keterangan-keterangan yang menjadikan
mereka yang mengetahui letak kemenangan dan memberiyahukan kepada mereka jalan
petunjuk. Dan dia merupakan petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang yakin tentang kebenaarannya, dan A-Qur’an adalah kitab
yang diturunkan dari tuhan semesta alam.
Orang-orang
yang yakin disini disebutkan secara khusus karena merekalah yang memperoleh
petunjuk dan rahmat. Karena meeka
orang-orang yang dapat mengambil mamfaat dari sisi Al-Qur’an, bukan orang yang
mendustakannya, yaitu orang-orang kafir, karena Al-Qur’an itu bagi mereka
merupakan kegelapan.
d. Latar belakang turunya Ayat
Ketahuilah bahwa Allah ta’ala telah menerangkan, bahwa
Dia telah mengaruniakan nikmat yang banyak kepada Bani Isra’il, namun terjadi
diantara mereka perselisihan karena dengki dan aniaya. Cerita ini diceritakan
oleh Allah sebagai penghibur bagi Rasulullah saw., bahwa kaumnya bukanlah yang
pertama melakukan kekafiran, tetapi kelakuan mereka adalah seperti kelakuan
ummat sebelum mereka. Kemudian Allah SWT menyuruh RasulNya agar berpegang teguh
dengan kebenaran dan jangan mempunyai tujuan selain memenangkannya, dan jangan
mengikuti hawa nafsu orang-orang bodoh yang sesat itu. Kemudian Allah
menyebutkan pula bahwa Al-Qur’an ini adalah pedoman-pedoman petunjuk yang
dengan itu, hati hati yang sesat dari jalan kebenaran akan tetap mendapat
petunjuk, lalu dia menempuh jalan yang lempang dan sampai kepada jalan
keselamatan. (terjamah tafsir Al-Maraghi. Hal:274)[2]
2.
a. Ayat dan terjemah
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 Ïf ãPuqø%r& çÅe³u;ãur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷èt ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZÎ6x. ÇÒÈ
Artinya : “ sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar. (Al-Isra’. Ayat;9)[3]
b. Makna global
Setelah Allah menyebutkan penilaian-Nya kepada nabi-nabi
maupun rasul yang Dia pilih, dia muliakan nabi Muhammad saw, dengan isra’, dan
Dia muliakan nabi Musa as. Dengan taurat yang Dia jadikan petunjuk bagi bani isra’il. Kemudian Dia
terangkan bahwa mereka tidak mau melaksanakan kitab tersebut, sehingga ditimpa
adzab didunia maupun di akhirat, lalu
dilanjutkan dengan memuji Al-Qur’an, dan Dia terangkan pula bahwa kitab itu
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, dan dia kabarkan kabar gembira bagi
orang-orang yang saleh, bahwa mereka akan mendapat upah dan pahala yang besar.
Sedang kepada orang-orang kafir, Dia beritakan tentang adanya siksaan yang
pedih.
c. Analisis ayat
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù ( `tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3 ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
185. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.[4]
Pembahasan:
Dengan
kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kejalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,
dan menunjuki mereka kejalan yang lurus.
(Q.S.
Al-Maa’idah [5]: 16).
Alkisah,
terdapatlah seorang pengembara yang terbangun dari keadaan tidak sadar dan
mendapati dirinya di tengah hutan. Dia tidak tahu di mana ia berada, dari mana
dia berasal, siapa dia, dan untuk apa dia ada di hutan itu. Yang dia tahu adalah
bahwa dia berada di sebuah hutan belantara, dikelilingi belukar lebat,
pepohonan, binatang liar, dan tanpa ada seorang manusiapun untuk tempat
bertanya. Di sekitar tempat dirinya terbangun, tidak dia menemukan apapun yang
bisa mengingatkan dirinya akan asal-usulnya, dan kenapa dia ada ditempat itu.
Seiring
waktu berjalan, dia mencapai titik lelah untuk mencari siapa dirinya, dan
kenapa dia berada di tempat itu. Akhirnya, yang lakukan dia dalam keseharian
hanyalah bertahan hidup, tanpa tujuan dan arah yang pasti. Hingga suatu ketika
datang seseorang yang mengaku sebagai utusan maha raja, yang menerangkan jati
dirinya melalui sebuah surat dari sang raja, bahwa dia adalah seorang pangeran,
yang berada dari suatu negeri, diutus ke tempat ini untuk mencari harta karun.
Buktinya adalah secarik kertas kecil yang diselipkan di bajunya, berisi catatan
tentang siapa dia dan misi apa yang dia bawa di hutan.
Cerita
pengembara di atas, jika dianalogikan atau diandaikan dengan kehidupan kita
sebagai manusia ibarat ‘pengembara’ yang hidup di ‘hutan’ dunia. Seandainya
saja tidak ada ‘utusan’ yang membawa petunjuk, tentulah kita akan tersesat dan
kebingungan dalam mengarungi hidup ini. Sebgaimana mereka yang tidak beriman
seperti kaum materialis, atheis, dan hedonis yang hidup dalam kesesatan. Maka
bersyukurlah kita yang mendapatkan petunjuk dari utusan Allah yaitu Muhammad
SAW, yang menyampaikan kabar gembira, memberi peringatan, dan menerangkan
hakikat penciptaan kita di dunia. Bersama Beliau, diturunkanlah Alqur’an
sebagai pedoman hidup.
Alqur’an
Sebagai Mukjizat
Untuk
memperkuat dakwah yang disampaikan, Allah memberikan keistimewaan bagi para
rasul yang disebut dengan mukjizat. Bagi seorang Rasul, mukjizat yang satu
berbeda dengan yang lain. Biasanya, ada dua macam mukjizat yaitu yang bersifat
materi/fisik, dan yang bersifat non materi, namun bisa ditangkap dengan
ketajaman akal dan rasa. Alqur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang berupa
fisik, akan tetapi juga mengandung mukjizat non-fisik yang luar biasa dibalik
teks-teksnya. Maka pantas jika dikatakan bahwa Alqur’an adalah mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang terbesar dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Secara
jelas Alqur’an telah memperlihatkan kemukjizatannya dalam sejarah manusia.
Ketika Alqur’an dilaksanakan dan diamalkan dengan kesungguhan, maka ia dapat
menciptakan peradaban besar yang menguasai dunia dengan keadilan dan
kesejahteraan. Lihat saja dulu, ketika Islam mengalami kejayaan, kaum Muslim
meletakkan Alqur’an sebagai landasan bagi setiap hukum dan ilmu, maka seluruh
bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kaum Muslimin bahkan
menjadi rujukan para ilmuwan dari negeri lain. Kaum Muslim menjadi ‘guru’
dunia.
Hidayah
Alqur’an
Alqur’an
merupakan sumber utama ajaran Islam, di mana di dalamnya terkandung hidayah
bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan agar selamat dan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada beberapa macam hidayah Alqur’an kepada
manusia: pertama, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya Ilahi. Ajaran Alqur’an membimbing manusia agar keluar dari kegelapan
yang berupa kekafiran, kesesatan dan kebodohan menuju cahaya Ilahi yang berupa
keimanan, keislaman dan ilmu pengetahuan.
Allah
SWT berfirman: Alif, laam raa. (Ini adalah) kitab yang kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.(Q.S. Ibrahim [14]: 1).
Kedua,
membimbing kehidupan manusia menuju jalan yang lurus, baik dan adil. Ini
dicapai dengan mengikuti ajaran Islam yang shahih dan jalan tauhid yang
ditunjukkan Alqur’an. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Alqur’an ini
memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar. (Q.S. Al-Israa’ [17]: 9).
Ketiga,
memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman dan peringatan kepada
orang-orang ingkar (kafir). Alqur’an menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman
melalui amal shaleh yang mereka lakukan, akan mendapat pahala berlipat dan akan
dibalas dengan kebaikan di dunia dan surga di akhirat. Sebaliknya, orang-orang
ingkar akan mendapat balasan buruk diakhirat. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya
Alqur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahw bagi
mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih.(Q.S.
Al-Israa’ [17]: 9-10).
Keempat,
Alqur’an menyembuhkan hati manusia dan menebarkan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Ia menyembuhkan segala macam penyakit hati, termasuk akhlak tercela.
Penyakit hati bersumber dari pemahaman akidah yang salah tentang Allah,
malaikat, rasul-rasul, hari akhirat, qadha dan qadar. Kesalahan keyakinan ini
membuat hati gelisah, sakit dan bingung. Allah SWT berfirman: Dan kami
turunkan dari Alqur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Alqur’an itu tidaklah menmbah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (Q.S. Al-Israa’ [17]: 82).
Kelima,
berisi nasihat dan ibrah (pelajaran). Alqur’an banyak berisi
kisah-kisah penuh hikmah tentang orang-orang terdahulu. Kisah-kisah itu tentu
bukan hanya sekedar pemanis dan hiasan Alqur’an, lebih dari itu, ia adalah
pelajaran (ibrah) yang harus diambil oleh umat Islam.
Firman
Allah SWT: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (Q.S. Yusuf [12]: 111).
Alqur’an
Sebagai Pembela di Akhirat
Telah
bersabda Rasulullah SAW: Belajarlah kamu akan Alqur’an, di akhirat nanti dia
akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat
memerlukannya. Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia
bertanya, “Kenalkah kamu kepadaku?”
Maka
orang yang pernah membaca Alqur’an menjawab: “Siapakah kamu?”
Berkata
Alqur’an: “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan engkau juga
telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
Kemudian
berkatalah orang yang pernah membaca Alqur’an itu: “Adakah kamu
Alqur’an?” Alqur’an lalu mengiyakan dan menuntun orang tersebut
menghadap Allah.
Orang
beriman itu kemudian diberi kerajaan yang kekal di tangan kanan dan kirinya,
kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya. Pada kedua ayah dan ibunya
yang muslim, juga diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau
berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya: “Dari manakah kami
memperoleh ini semua, padahal kami tidak sampai ini?”
Lalu
dijawab: “Kamu diberi ini semua karena anak kamu telah mempelajari
Alqur’an.”
Kelebihan
Alqur’an
Alqur’an
memiliki tiga kelebihan yang tidak dimiliki oleh kitab suci lain. Pertama,
merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca dan dihafalkan oleh manusia
sejak dahulu hingga sekarang dalam bahasa aslinya. Dalam catatan rekor
dunia guinness, disebutkan bahwa buku non-fiksi yang paling
banyak dibaca sepanjang sejarah adalah Bible. Namun, kita tahu, Bible menggunakan
bahasa setempat dan telah mengalami banyak perubahan. Sedangkan Alqur’an, apa
yang kita baca darinya saat ini adalah apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW tanpa ada perubahan sedikitpun. Kedua, merupakan kitab suci
yang mendapat perhatian sangat besar, baik oleh pemeluknya maupun oleh orang
diluar mereka. Banyak ilmuwan non-Muslim yang mengakui Alqur’an, baik dari segi
tata bahasanya maupun kandungannya. Ketiga, bagi seorang mukmin,
membaca Alqur’an akan dapat memperkuat imannya serta kedekatannya kepada Sang
Pencipta, dan membaca Alqur’an termasuk ibadah.
Sebagai
seorang Muslim, sudah semestinya kita menjadikan Alqur’an sebagai pedoman
hidup. Menjadikannya cermin melihat dan mengukur akhlak dan setiap aktivitas
yang kita lakukan. Menjadikannya sahabat yang mengingatkan saat terlupa dan
menegur saat alpa. Bila dalam satu hari kita tidak berkomunikasi dengan manusia
kemudian kita merasa kesepian, maka apakah bila dalam satu hari kita tidak
berkomunikasi dengan Dzat yang telah menciptakan kita dengan membaca Alqur’an,
apakah kita merasa kesepian? Apabila setiap pagi kita merasa ada yang kurang
tanpa membaca koran, maka apakah dalam setiap mengawali hari kita selalu merasa
kurang sebelum membaca Alqur’an? Saat diri terlupa, tersesat dan lemah, maka
apakah Alqur’an sudah kita jadikan sebagai pedoman hidup?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar